Penjelasan dan Contoh Kasus
NPV (NET PRESENT
VALUE)
&
IRR (INTERNAL RATE OF RETURN)
NPV dan IRR sudah terkenal sebagai dua metode untuk
menilai usul investasi. Yang sedikit belum terkenal keduanya sama-sama termasuk
kelompok discounted cash flow penganut nilai waktu dan proceeds selama total
usia proyek. Berdasarkan kesamaan demikian, NPV-IRR akan memberikan keputusan
yang sama dalam menilai usul investasi. Andaikan berbasis NPV usul investasi
layak diterima maka demikian pula IRR, IRR akan memberikan keputusan yang sama.
Tetapi sebenarnya telah terbukti terkandung sebuah pengecualian. Pengecualian
yang dimaksudkan tidak lain jika berkaitan dengan menilai salah satu dari dua
atau lebih usul investasi bersifat mutually exclusive. Untuk kondisi seperti
begitu NPV, IRR dapat bertolak belakang memberikan jawaban secara khusus sering
terjadi pada susunan peringkat usul investasi. Hal tersebut, dikarenakan
perbedaan asumsi yang melekat terkait tingkat reinvestasi dana bebas. IRR
berasumsi dana bebas diinvestasikan kembali dengan tingkat rate of returnnya
selama periode sisa usia. Sebaliknya NPV berpegang konsisten besarnya tingkat
reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang ditetapkan sebelumnya.
NPV pada umumnya dipandang unggul ketimbang IRR. Mengapa demikian? NPV konsisten,
NPV mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan secara absolut
dalam rupiah tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan berbentuk persentase
sehingga skala investasi terabaikan.
Perbedaan metode NPV dan IRR
1. Fokus NPV adalah berapa tambahan nilai proyek
pada nilai perusahaan dengan asumsi semua arus kas dapat direalisir. Fokus IRR
memberikan indikasi tingkat hasil pengembalian proyek jika sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Jika kedua metode digunakan untuk menilai satu
proyek maka kedua metode ini selalu memberikan kesimpulan yang sama karena NPV
positif dari suatu proyek akan memberikan IRR yang lebih besar dari biaya
modal.
3. Jika proyek yang dinilai bersifat eksklusif
(mutually exclusive) kedua metode NPV dan IRR dapat menghasilkan penilaian
(kesimpulan) yang berbeda. Konflik antara kedua metode NPV dan IRR terjadi
karena profil NPV dari proyek berbeda, misalnya biaya investasi berbeda dan
umum proyek lebih panjang dari yang lain.
Metode NPV lebih baik secara teoritis jika
dibandingkan dengan metode IRR, tetapi Metode NPV lebih baik secara toeritis
jika dibandingkan dengan metode IRR jika dalam kenyataan lebih banyak
perusahaan menggunakan metode IRR dibandingkan dengan metode NPV. Hal ini
disebabkan bahwa metode IRR dikembangkan lebih dahulu dari metode NPV dan
metode IRR sudah lama digunakan.
Contoh
Kasus Net Present Value (NPV)
Manajer keuangan PT. Pindad Sejahtera sedang
melakukan analisa pada tiga usulan proyek/investasi yang bersifat mutually
exclusive. Kebutuhan dana untuk investasi tersebut diperkirakan sebesar
Rp.12.000,- dari masing – masing investasi, dan biaya modal (cost of capital)
yang ditetapkan adalah 2%. Tentukan proyek atau investasi yang paling feasible
dari data proyek (dalam rupiah) sebagai berikut :
a. NPV A = [10.000 / (1+2%)1] + [21.000 / (1+2%)2] - 12.000
= 9.803,9 + 20.184,5 – 12.00
= 17.988,4
b. NPV B = [15.000 / (1+2%)1] + [22.500
(1+2%)2] - 12.000
= 14.705,9 + 21.626,3 – 12.000
= 24.332,2
c. NPV C = [12.000 / (1+2%)1] + [19.500(1+2%)2] -
12.000
= 11.764,7 + 18.742,8 – 12.000
= 18.507,2
Maka proyek yang paling layak (feasible) untuk
dikerjakan adalah proyek B. Dengan alasan NPV yang diperoleh jauh lebih besar
keuntungan akhirnya dibandingkan dengan proyek A dan C.
Contoh
Kasus IRR (INTERNAL RATE OF RETURN)
Contoh Perhitungan IRR Dengan Metode Interpolasi
Sebuah perusahaan dengan rate of return yang
dikehendaki sebesar 10%, mempertimbangkan 3 proposal investasi. Manajemen
merancang perhitungan internal rate of return (IRR) untuk tiap projek kemudian
menentukan projek mana yang dapat diterima. Diberikan informasi sebagaimana
pada tabel di bawah ini:
- Perhitungan IRR Untuk Project A
Karena projek A adalah suatu anuitas, kita dapat
dengan mudah menghitung IRR-nya dengan menemukan nilai dari PVIFAi,4 tahun yang
diperlukan untuk menyamakan nilai sekarang (present value/PV) dari arus kas
bebas masa depan (future cash flow) terhadap pengeluaran awal (initial outlay).
Perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Kita mencari PVIFA(i,4) tahun untuk nilai 2.974,
pada baris tahun ke-4 pada tabel PVIFA (lampiran I), sehingga ditemukan pada
kolom dengan nilai i = 13%. Artinya, nilai 13% merupakan nilai IRR untuk projek
A. Karena 13% lebih besar dari rate of return yang dikehendaki oleh perusahaan
yaitu 10%, maka projek A dapat diterima.
- Perhitungan IRR Untuk Project B
Projek B terdiri atas sebuah future free cash flow
yaitu $13,605, karena initial outlay sebesar $10,000, artinya nilai IRR dapat
dihitung langsung dari tabel present value, sebagai berikut:
Selanjutnya kita melihar PVIF(i,4) tahun untuk nilai
.735, pada baris tahun ke-4 pada tabel PVIF (lampiran II), sehingga ditemukan
pada kolom dengan nilai i = 8%. Kemudian kita simpulkan bahwa IRR untuk projek
B sebesar 8%. Karena 8% kurang dari rate of return yang dikehendaki oleh
perusahaan yaitu 10%, maka projek B dapat ditolak.
- Perhitungan IRR Untuk Project C
Sifat yang tidak rata dari arus kas bebas masa depan
dapat dikaitkan dengan kasus pada Projek C, yang mengharuskan penggunaan metode
trial-and-error. Persamaan IRR untuk projek C sebagai berikut:
Perhitungan IRR untuk projek C sebagai berikut:
Nilai aktual dapat lebih tepat didekati melalui
interpolasi sebagai berikut:
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai IRR untuk
projek C adalah 19%. Karena 19% lebih besar dari rate of return yang
dikehendaki oleh perusahaan yaitu 10%, maka projek A dapat diterima.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar