Pages

Selasa, 25 April 2017

Flowchart Pada Sistem Membuka Pintu Garasi Berbasis RFID

                SISTEM MEMBUKA PINTU GARASI BERBASIS RFID






































Algoritma:

pada flowchart oval start yang merupakan kondisi awal dimana akan menyala.
Input kode RFID tag yang sudah dibuat sebelum nya pada sistem ini (Jadi RFID hanya bisa membaca kode yang sudah di buat sebelumnya)
ketika RFID tag di dekatkan pada RFID reader maka otomatis Kode RFID yang telah dibuat akan terdeteksi pada sistem apakah input atau RFID tag yang dimasukkan tersebut benar atau salah, jika pada input benar akan dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu pintu akan otomatis terbuka, jika salah sistem akan menolak dan akan kembali mengkonfirmasi nya.
Pada saat pintu sudah terbuka sampai selesai, pintu tersebut akan menyentuh sensor dan akan berhenti sampai kendaraan masuk ke dalam garasi tersebut.


Selasa, 11 April 2017

Penguat Video

PENGUAT VIDEO

Penguat IF
Penguat IF digunakan untuk menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok detektor. IF merupakan hasil dari pencampuran getaran/sinyal antara RF dengan Osilator Lokal.
Fungsi bagian penguat Video IF.
Penguat Video IF merupakan sebuah Band Pass Amplifier yang berfungsi untuk mempekuat frekwensi menengah atau IF (Intermediate Frequency) sinyal pembawa gambar yang berasal dari keluaran Tuner agar levelnya mencukupi untuk dideteksi oleh bagian video detektor. Untuk sistim PAL BG seperti di Indonesia spektrum frekwensi penguat video IF menggunakan center pada frekwensi 38.9Mhz untuk IF sinyal pembawa gambar (video carrier) dan 33.4Mhz untuk sinyal IF pembawa suara (sound carrier).
Tingkat penguat IF gambar terdiri dari tiga hingga empat tingkat penguat transistor dan mempunyai penguatan atau gain sekitar 1000, tegangan AGC/pengatur penguatan otomatis diberikan pada penguat IF itu, sama halnya
seperti yang diberikan pada penguat AF di rangkaian penala, sehingga output pada tegangan IF itu selalu konstan walaupun tegangan inputnya selalu berubah-ubah.
Dalam penguat IF gambar, untuk mencegah sinyal-sinyal pengganggu yang tidak diperlukan, dipergunakan dua buah penjebak (trap), yaitu penjebak pembawa suara kanal rendah yang berdekatan, dan perangkap pembawa gambarkanal tinggi yang berdekatan, dan juga pelayangan (beat) antar pembawa-pembawa itu, dihilangkan.
Untuk menghilangkan interferensi pelayangan pembawa suara, maka pembawa suara diredam sekitar 54 dB dalam penguat IF gambar dan pula dalam detector video berikutnya.
Rangkaian Sinkronisasi
Video yang sudah dikuatkan pada rangkaian tersebut akan masuk pada rangkaian Sinkronisasi, agar gambar dapat terlihat dengan baik pada tabung gambar. Kerusakan pada Rangkaian Sinkronisasi ini akan mengakibatkan "Gambar akan lari ke atas / bawah atau ke samping kiri / kanan" tanpa henti. Rangkaian sebelum rangkaian Sinkronisasi ini adalah osilator Vertikal (untuk membangkitkan pulse Vertikal pada Layar/Tabung Gambar) dan osilator Horizontal (untuk membangkitkan pulse Horizontal) kemudian dikuatkan oleh "Driver Horizontal" dan dikuatkan lagi hingga ribuan kali oleh: "Transistor Horizontal Output" yang berguna untuk membangkitkan tegangan tinggi pada Flyback sehingga dapat menyalakan Tabung gambar/layar pada Televisi. Rangkaian Sinkronisasi akan memegang antara kedua Pulse Vertikal dan Horizontal ini agar gambar dapat muncul tegak pada layar televisi.
Bagian penguat Video IF sangat penting karena menentukan kualitas-kualitas  seperti :
-          Sensitivitas penerimaan atau kemampuan menerima sinyal dari antena yang lemah tetapi tetap dapat memberikan kualitas gambar yang bersih dari noise.
-          Selektivitas penerimaan atau kemampuan untuk memisahkan gangguan dari chanel yang berdekatan
-          Kualitas gambar atau kemampuan untuk memberikan detail (resolusi) gambar yang tajam.

Lumina dan Kroma
Sinyal lumina berisi semua informasi monokrom menentukan bandwidth sistem gambar AM.
• Sinyal lumina = informasi foto
= Kecerahan + rincian gambar.
• Sinyal krominans = informasi warna
≠ luminans.
• Sinyal letusan warna 4.43MHz adalah sebagian dari pada sinyal kroma, untuk mengaktifkan bagian kroma ketika gambar warna dipancarkan

SAW filter (Surface Acoustic Wave)
Merupakan “filter band pass” yang hanya akan melewatkan frekwensi pembawa gambar dengan center frekwensi 38.9Mhz dan sinyal pembawa suara dengan center frekwensi 33.4Mhz. Atau secara keseluruhan SAW fiter mempunyai “frekwensi respons” (melewatkan hanya frekwensi) mulai dari 33.15 hingga 40.15Mhz.

IF Pre amplifier
Pemakaian SAW filter menyebabkan terjadi kerugian level sinyal video IF atau istilah teknisnya “insertion loss”.  Sebuah penguat Pre-amp  yang menggunakan sebuah transistor digunakan untuk meg-“kompensasi” akibat  kerugian ini.

AGC (Automatic Gain Control)
Sinyal gambar dimodulasikan menggunakan sistim AM (amplitudo modulasi). Oleh karena itu cacat amplitudo akan dapat menyebabkan gambar rusak. Penguat video IF dirancang agar keluaran dari sirkit video detektor adalah konstant sebesar 2vpp. Padahal kekuatan sinyal RF input yang diterima oleh antena berbeda-beda pada setiap stasiun pemancar.  Jika sinyal RF yang diterima antena terlalu kuat, maka dapat mnyebabkan sinyal keluaran melebihi 2v pp, dan hal ini dapat menyebabkan sinkronisasi sinyal gambar cacat atau hilang sama sekali karena terpotong (clipped). Untuk mencegah hal ini terjadi maka digunakan sirkit AGC, yang fungsinya adalah  untuk “mengurangi faktor penguatan” bagian penguat video IF jika sinyal RF yang diterima terlalu kuat, dengan tujuan untuk menjaga agar level keluaran sinyal video tetap terjaga konstan pada level 2v pp. AGC bekerja dengan sistim loop umpan balik tertutup, kuat lemahnya sinyal keluaran dari sirkit video detektor digunakan sebagai umpan balik untuk pengendalian faktor penguatan pada bagian IF amplifier dan Tuner.
Ada 2 macam sirkit AGC yang bekerja pada bgaian video IF :
-          -  IF AGC – Merupakan sirkit internal didalam ic video IF yang berfungsi untuk mengurangi faktor penguatan bagian sirkit penguat video IF.
-          -  RF AGC – Merupakan sirkit yang bekerja eksternal.  Jika penguatan bagian penguat video IF sudah minimal tetapi sinyal yang diterima masih terlalu kuat, maka akan bekerja eksternal AGC yang akan mengurangi faktor penguatan bagian penerima Tuner

Ada beberapa tipe sirkit AGC
- Average AGC (AGC rata-rata) – AGC diatur oleh level tegangan rata-rata sinyal video. Hasilnya kurang bagus, sebab dipengaruhi oleh besar kecilnya level sinyal video, padahal kuatnya sinyal RF antena tetap.
- Delayed AGC – atau AGC yang ditunda. Artinya jika sinyal yang diterima masih lemah tidak terlalu kuat maka AGC belum akan aktip bekerja. AGC baru akan mulai bekerja jika sinyal yang diterima antena sudah melebihi level yang ditentukan.

PLL atau VCO video detektor
Istilah lainnya yang kadang digunakan untuk sirkit  ini adalah Video demodulator, Low level detector.  Tv jaman kuno detektor menggunakan diode germanium yang bekerja seperti prinsip diode penyearah. detektor semacam ini mempunyai kelemahan dimana informasi gambar akan kehilngan detail pada sinyal gambar yang levelnya kecil. Sehingga saat ini video detektor menggunakan sirkit low level detektor. Sistim kerjanya secara detail bermacam-macam tergantung dari desain pabrikan ic tersebut.
Salah satunya adalah seperi contoh dibawah ini.
Adalah VCO (voltage control osilator) merupakan pembangkit frekwensi tinggi dimana frekuensinya dapat dikendalikan secara otomatis dengan sirkit PLL (Phase Lock Loop) agar  frekuensi dan phasanya selalu tepat  dengan frekwensi sinyal pembawa IF 38.9Mhz. Sinyal ini digunakan untuk mendeteksi atau “menyaring”  sinyal gambar dari sinyal pembawanya (atau memisahkan sinyal video dari sinyal pembawa gambar 38.9Mhz).
Pada sirkit video IF model lama masih membutuhkan eksternal coil yang perlu diajust tepat pada frekwensi 38.9Mhz. Tetapi perkembangan selanjutnya pada model-model baru tidak lagi digunakan eksternal coil ini, dan adjustmen dapat dilakukan oleh mikroprosesor melalui komunikasi data IC2CBus (SDA/SDL).
Ada 2 macam sinyal keluaran dari sirkit video detektor, yaitu
-           Sinyal gambar atau CVBS yang akan diproses oleh bagian video prosesor untuk mendapatkan kembali sinyal RGB setelah melalui sirkit “sound trap 5.5Mhz” untuk mencegah agar sinyal suara FM 5.5 tidak ikut masuk.
-          Sinyal pembawa suara FM 5.5 Mhz yang akan diproses oleh bagian FM audio prosesor untuk mendapakan sinyal suara (audio) setelah melalui BPF (band pass filter) 5.5Mhz



Noise Inverter
Sirkit noise inverter dipasang sesudah sirkit video detektor.  Digunakan untuk menghilangkan gangguan noise frekuensi tinggi. yang ada pada sinyal gambar (video).
Ada 2 macam gangguan frekwensi tinggi, yaitu
-          Black noise – yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna hitam.
-          White noise – yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna putih.
Dinamakan noise inverter, karena pada sirkit ini untuk menghilangkan noise digunakan sebuah sirkit inverter. Suatu sirkit filter frekwensi tinggi digunakan untuk menyaring agar hanya frekwensi tinggi yang berisi noise saja yang dapat lewat. Kemudian frekwensi tinggi ini phasanya dibalik 180 derajat. Sinyal frekwensi tinggi yang phasanya dibalik ini kemudian dicampur (mixing) dengan sinyal video yang masih mengandung noise. Hasilnya sinyal frekwensi tinggi yang phasenya dibalik akan saling menghilangkan dengan noise frekwensi tinggi yang dibawa sinyal video, karena phasenya berlawanan.  Maka keluaran dari noise inverter akan merupakan sinyal video yang bebas dari noise.


Video Indentifikasi (ID)
Istilah lainnya adalah SD (Sync Detect) atau HS (Hor Sync). Merupakan sirkit yang akan meng-output-kan tegangan pulsa dc jika bagian penguat video IF menerima siaran tv. Sinyal ini sebenarnya merupakan sinyal “sinkronisasi horisontal”.
Sinyal ini digunakan untuk membedakan antara sinyal tv dari gangguan sinyal lainnya yang mungkin diterima antena,  misalnya harmonic dari siaran amatir dan berfungsi untuk :
-           Sebagai refernsi sinyal stop pada saat manual/auto search dengan sinyal tegangan AFT. Pada saat manual/auto search pin-video indentifikasi akan berubah sesaat dari nol menjadi “high” ketika pas terima siaran.
-           Sebagi kontrol sinyal video-mute (blue back). Jika tidak terima siaran maka pin-video indentifikasi tegangannya nol. Tegangan ini diiputlan ke mikrokontrol dan selanjutnya mikrokontrol akan melakukan audio/video muting.
Sirkit video IF model lama belum menggunakan sirkit semacam ini, karena model lama belum mempunyai fasilitas manual/auto search.
Contoh pin-keluar sinyal video indentifiction
 -  TA8690   –  pin-21
 -  LA76810A – pin-22
 -  TDA8361/62 –  pin-14
 -  TB1238  – pin-31

 -  Pada ic model baru video indentifikasi menggunakan komunikasi lewat IC2Bus (SDA/SCL).

Rabu, 05 April 2017

Tugas Elektronika Telekomunikasi

TUGAS
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI


Aditya Ramadhan 
10414321
3IB05





BAB VI

RADIO TRANSMITTER


6.1 RADIO TRANSMITTER

Osilator menghasilkan sinyal pembawa yang kemudian dilanjutkan ke penguat penyangga / buffer amplifier. sinyal pembawa (carrier) sebagai input digunakan untuk modulasi. Modulasi yang stabil kemudian disaring dengan sideband (SSB) filter, Sinyal SSB kemudian diteruskan ke rangkaian mixer yang digunakan untuk mengubah sinyal dengan suatu frekuensi ke frekuensi lainnya. mixer menerjemahkan sinyal SSB ke frekuensi yang diinginkan lebih tinggi. Frekuensi osilator harus diatur untuk memberikan frekuensi output yang diinginkan. Variable Frekuensi Osilator (VFO) digunakan untuk menyediakan tuning terus menerus selama rentang waktu yang diinginkan. Dalam komunikasi yang paling modern, synthesizer frekuensi digunakan untuk mengatur frekuensi output akhir.

6.2 PENGUAT LINEAR, PENGUAT RF, DAN FREKUENSI MULTIPLIER

ada dua tipe dasar power amplifier yang digunakan pada pemancar, yaitu linear & kelas C (RF).  Linear Amplifier menghasilkan sinyal output yang sama dengan sinyal input nya (berbanding lurus) akan tetapi pada rentang daya dan amplitudo tertentu. terdapat 3 kelas yang terdapat pada Linear Amplifier, yaitu: kelas A, kelas B dan kelas AB. pada RF Amplifier juga terdapat 1 kelas, yaitu kelas C.

      -  Amplifier Kelas A
Amplifier kelas ini merupakan amplifier paling liniear karna dapat menghasilkan sinyal output sama dengan sinyal input nya yaitu sebesar 360°. penguat amplifier kelas A hanya memakai satu transistor, dimana panas yang di hasilkan akan lebih besar dan tidak efisien.

      - Amplifier Kelas B
Amplifier kelas B ini menghasilkan sinyal output sebesar setengah sinyal input atau sebesar 180°. Amplifier kelas ini bekerja pada daerah cutoff sehingga tidak ada arus kolektor mengalir dengan nol masukan.  pada penguat ini menggunakan 2 transistor yang bekerja secara bergantian, biasanya amplifier ini bekerja menggunakan teknik push-pull.

      - Amplifier Kelas AB
Amplifier kelas AB berkerja dekat dengan daerah cutoff dengan beberapa aliran arus kolektor terus menerus. Amplifier ini akan melakukan lebih dari 180° tetapi kurang dari 360° dari sinyal input. Juga digunakan terutama dalam amplifier push-pull dan menghasilkan linearitas yang lebih baik daripada penguat kelas B tapi dengan efisiensi yang kurang.

      -  Amplifier Kelas C
Amplifier Kelas C bekerja dibawah daerah cutoff. sinyal output nya adalah arus yang mengalir pada amplifier ini berkisar 90 derajat sampai 150 derajat dari sinyal input. Sinyal yang melalui kolektor diubah menjadi gelombang sinus terus menerus oleh rangkaian resonan LC. Sinyal tersebut mengandung banyak gelombang harmonik. amplifier kelas C dapat digunakan sebagai pengali (multiplier) frekuensi.
Salah satu alasan utama mengapa amplifier kelas C lebih disukai untuk daya RF dibandingkan dengan amplifier kelas A dan amplifier kelas B adalah amplifier kelas C memiliki efisiensi tinggi. Karena arus mengalir kurang dari 180 ° dari siklus masukan ac, rata-rata saat dalam transistor cukup rendah, yang berarti bahwa daya yang dihamburkan oleh perangkat rendah. Sebuah kelas C fungsi penguat hampir sebagai saklar transistor yang off untuk lebih dari 180 ° dari siklus masukan.


6.3 IMPENDANCE MATCHING NETWORK

            Salah satu bagian yang paling penting dari setiap transmitter adalah penselaras (pencocokan) jaringan yang menghubungkan satu tahap ke tahap lainnya. Dalam pemancar yang khas, osilator menghasilkan sinyal pembawa dasar yang kemudian diperkuat biasanya dengan beberapa tahapan sebelum mencapai antena.
Sirkuit yang digunakan untuk menghubungkan satu tahap ke tahap lainnya dikenal sebagai impedansi jaringan pencocokan (selaras). Untuk mecocokan power sinyal dengan antena diperlukan matching impedansi yang bisa dihasilkan dari rangkaian resonansi LC , transformator ataupun keduanya.

  


BAB VII

PENERIMA KOMUNIKASI


7.4 TYPICAL RECEIVER CIRCUIT

 Front End terdiri dari penguat RF dan mixer dan rangkaian penala. Penguat ini berfungsi untuk memproses sinyal. Penguat RF digunakan untuk menguatkan sinyal yg amplitudonya lemah sehingga dapat digunakan dalam proses mixing. Penguat RF biasanya dapat menguatkan 10 – 30 dB. Penguat RF biasanya adalah penguat kelas C. Jika penguat RF mengunakan BJT maka hanya digunakan untuk frekuensi rendah. Namun jika menggunakan FET maka digunakan untuk frekuensi VHF bahkan UHF. Penggunaan transistor jenis FET seperti JFET dan MOSFET lebih effisien dibanding BJT karena lebih sedikit daya dan lebih aman dari noise.
Penerimaan sinyal yang membutuhkan pita yang lebar digunakan teknik overcouple tuned circuit. Dimana pada penguat ini di couple kan pada transformator yang masing – masing intinya dicouple dengan kapasitor agar beresonansi.
Bagian terpenting lainnya pada receiver adalah IF amplifier. Penguat ini digunakan sebagai penseleksi sekaligus penguat dari sinyal yang diterima dan penguat ini sangat stabil. Frekuensi kerja penguat ini yang terbaik adalah pada frekuensi 455khz s/d 10Mhz.
AGC adalah suatu sistem feed back yang dapat mengontrol penguatan sinyal pada receiver. Ketika sinyal yang diterima lebih lemah dari penguatan aslinya maka AGC akan menguatkannya begitu juga ketika sinyal yang diterima sangat kuat maka akan dilemahkan. Didalam AGC terdapat Dynamic range untuk memperhitungkan sinyal yang masuk pada receiver sehingga bisa dikuatkan dan dilemahkan. Nilai Dynaimc range pada AGC berkisar antara 60 sd 100dB.
 Sistem feedback lain yang mirip dengan AGC namun bekerja pada frekuensi tinggi adalah AFC (Automatic Frequency Control). Tujuan dibuatnya AFC adalah untuk menjaga LO pada frekuensi. Pada receiver, ketika frekuensi dibawah 100 MHz maka akan terjadi ketidak stabilan sistem.
Sistem lain yang digunakan pada receiver adalah CTCS (continous tone control squlech) sistem ini biasanya digunakan untuk menstabilkan sinyal audio yang berfrekuensi rendah. Pada sitem komunikasi , CTCS digunakan untuk membuat saluran (chanel) komunikasi untuk menjaga privasi komunikasi.

7.5 TRANSCEIVER AND FREQUENCY SYNTHESIZER

            Pada saluran komunikasi terdapat perangkat transmitter untuk mengirim dan receiver untuk menerima sinyal yang terpisah. Hingga saat ini dengan kebutuhan yang semakin banyak membuat alat komunikasi tersebut kurang effisien. Pada umumnya desain perangkat transmitter dan receiver memiliki banyak komponen yang sama seperti antena, osilator, catu daya, rangkaian penala, filter, dan bermacam – macam penguat. Sehingga agar perangkat tersebut memiliki rangkaian yang lebih sedikit, biaya yang lebih sedikit dan ukuran yang
lebih kecil, diciptakanlah sebuah alat yang disebut Transceiver (Transmitter – Receiver) yang merupakan gabungan dari transmitter dan receiver yang ada pada satu rangkaian saja.
Pada transceiver , rangkaian yang digunakan untuk transimtter dan receiver adalah sama namun digunakan pada waktu yang berbeda secara bergantian. Pada desain transceiver yang terbaru rangkain tersebut dinamakan frequncy synthesizer. Frekuensi synthetizer adalah pembangkit frekunesi variabel, yang dapat menggantikan satu atau lebih LO atau Carrier osilator pada transceiver.

Self-Test Bab 6 Radio Pemancar ( Halaman 107 & 108 )

12.  Linier amplifier digunakan untuk membangkitkan sinyal AM dan SSB.
13.  Sebuah amplifier kelas C digunakan untuk meningkatkan kekuatan sinyal FM.
14.  Penguat liniear beroperasi pada kelas A, B dan AB.
15.  Sebuah transistor kelas A memiliki efisiensi 50%. Nilai keluaran adalah 27W, daya yang hilang dalam transistor tersebut adalah 27 W.
16.  Penguatan kelas A menerima 360° sebuah gelombang sinus sebagai input.
17.  Benar atau salah. Tanpa input, sebuah penguat kelas B tidak akan berfungsi? Benar.
18.  Penguat kelas B RF secara normal digunakan pada konfigurasi tarik ulur (push-pull).
19.  Sebuah penguat kelas C menerima untuk mengubah 90° ke 150° sinyal input.
20.  Dalam penguat kelas C, aliran arus kolektor dalam bentuk gelombang (sinusoidal).
21.  Dalam penguatan kelas C, hasil keluaran berupa sinyal lengkap dihasilkan oleh rangkaian resonansi dan penala.
22.  Efisiensi penguatan kelas C dalam jangkauan 60% sampai 80%.
23.  Rangkaian penala dalam kolektor penguatan kelas C bekerja sebagai penyaring untuk menghilangkan harmonik.
24.  Sebuah penguat kelas C dimana nilai keluaran rangkaian penala sama dengan nilai pengali dari frekuensi masukan disebut multipliers frekuensi.
25.  Frekuensi pengali dengan faktor 2, 3, 4, 5 berurutan. Masukan sebesar 1.5 mhz. Maka nilai output adalah 180 mhz.
26.  Sebuah penguatan kelas C memiliki sumber tegangan DC 28V dan rata rata arus kolektor 1.8A. Daya input adalah 50,4 W.



Self-Test Bab 7 Penerima Komunikasi ( Halaman 150 & 151 )

53.  Penguatan RF menghasilkan inisial gain dan pilihan pada sebuah receiver tapi juga
      menambahkan noise.
54.  Sebuah noise lemah transistor cenderung pada frekuensi gelombang microwave MESFET atau GASFET terbuat dari gallium arsenide.
55.  Kebanyakan gain dan penyaringan dalam panas berlebih berada pada penguatan IF.
56. Penyaringan dalam penguatan IF biasanya dihasilkan akibat penggunaan rangkaian
 penala diantara prosesnya.
57.  Lebar pita dalam rangkaian penala ganda berubah seiring sudut mutual inductance diantara perputaran primer dan sekunder.
58. Dalam rangkaian penala ganda, minimal lebar pita berada dibawah kopling,
     maksimal lebar pita dengan melebihi kopling dan puncak keluaran berada pada optimal atau kritis kopling.
59.  Sebuah penguatan IF bahwa klip puncak positif dan negatif dari sinyal disebut limitter.
60.  Kliping terjadi pada amplifier karena transistor didorong oleh sinyal tingkat tinggi ke cut off, saturasi.
61.  Keuntungan dari penguat bipolar kelas A dapat bervariasi dengan mengubah arus dan kolektor
62.  Gain RF – IF keseluruhan penerima adalah sekitar 100 dB.
63.  Menggunakan amplitudo sinyal yang masuk untuk mengontrol gain dari penerima dikenal sebagai pengontrol gain otomatis.
64.  Rangkaian AGC bervariasi gain dari IF amplifier.
65.  Kontrol tegangan DC AGC berasal dari rangkaian penyearah terhubung ke penguat IF atau deteksi keluaran.
66.  Sebaliknya AGC adalah di mana peningkatan amplitudo sinyal menyebabkan pengurangan dalam arus kolektor pada penguat IF.
67.  AGC bias maju menggunakan peningkatan amplitudo sinyal untuk meningkatkan arus kolektor dimana mengurangi gain dari penguat IF.
68.  AGC dari penguat diferensial yang dihasilkan dengan mengendalikan arus yang dihasilkan oleh sumber arus konstan transistor.
69.  Dalam dual-gate MOSFET IF amplifier, tegangan dc AGC diterapkan pada gerbang kontrol.
70.  Nama lain untuk AGC di penerima AM adalah kontrol volume otomatis.
71.  Dalam penerima AM, tegangan AGC berasal dari detektor dioda.
72.  Sinyal masukan yang besar menyebabkan keuntungan dari penerima menjadi pengurangan AGC.
73.  Sebuah rangkaian AFC mengoreksi pelayangan frekuensi di rangkaian osilator lokal.
74.  Tegangan AFC kontrol berasal dari rangkaian demodulator dalam penerima.
75.  Sebuah kapasitor variabel tegangan digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan LO frekuensi.
76.  Sebuah sirkuit yang blok audio sampai sinyal yang diterima disebut sirkuit memadamkan.
77.  Dua jenis sinyal yang digunakan untuk mengoperasikan sirkuit memadamkan audio noise.
78.  Dalam sistem CTCS, frekuensi nada rendah untuk membangkitkan rangkaian pemadam.
79.  Sebuah BFO diperlukan untuk menerima SSB dan sinyal CW.





Amplifier Sinyal lemah tertala, Mixer, dan Filter Aktif


5.4 Amplifier Common-Emitter (CE)
(a)    Amplifier CE Tertala, (b) Rangkaian Ekivalen, (c) Rangkaian ekivalen untuk analisa simpul

Gambar diatas adalah Amplifier CE dengan rangkaian output dan input tertala. C3 dan C4 adalah kapasitor pemblokir DC dengan reaktansi yang dapat di abaikan pada frekuensi tinggi.
Hubungan ke Output rangkaian tertala dapat di kopel berfungsi agar mengurangi redaman.





5.6 Amplifier Common-Base 

           
(a)    Rangkaian Ekivalen untuk transistor Common-base, (b) Versi yang disederhanakan dari rangkaian (a) yang cocok untuk semua maksud praktis.


(a)    Amplifier CB dengan beban kolektor tertala. (b) rangkaian ekivalen.
(c)  Rangkaian ekivalen yang disederhanakan

Akan terlihat bahwa pada resonansi tidak ada penggeseran fase dengan amplifier CB, yang kontras dengan amplifier CE yang menggeser fase 180°.

5.7 Penguat daya yang tersedia
Rangkaian Ekivalen yang digunakan untuk memperkirakan ketersediaan penguatan daya sebuah amplifier.

Daya Pada Sumber

Ps         =   Vs2
                 4Rs2

Daya Pada keluaran

Po        = RoI o2
                    4







Amplifier Cascode
Amplifier common base dan common emitter dapat di kombinasikan untuk membentuk sebuah amplifier yang mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil. Unit kombinasi ini dikenal sebagai Amplifier cascode.

Rangkaian Amplifier Cascode dasar








Rangkaian Ekivalen Hybrida-π untuk FET

Rangkaian ekivalen hybrid-π unutk FET

(a)    Ampilifier dasar common Source (b) rangkaian ekivalen (c) rangkaian ekivalen yang dipergunakan dalam analisis simpul.

RANGKAIAN PENCAMPUR (MIXER)

            Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari suatu frekuensi ke frekuensi lain. Pengubahan frekuensi dalam komunikasi sangat penting. Modulasi demodulasi dan multiplexing merupakan beberapa contohnya.
            Rangkaian mixer menggunakan suatu fakta bahwa apabila dua sinyal sinusoidal dikalikan bersama , maka hasilnya merupakan perkalian , penjumlahan atupun selisih dari keduanya.