MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
NAMA : ADITYA RAMADHAN
NPM
: 10414321
KELAS : 1IB06
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ilmu budaya dasar tentang keindahan, penderitaan dan
siksaan ini, semoga makalah yang sederhana ini bisa Berguna bagi para
pembaca sekalian meskipun banyak kekurangan yang terdapat di dalam nya karna
pengalaman yang kurang dari kami. Saya berharap jika ada kritik atau saran
tolong di sampaikan agar semua pembaca dapat menyerap materi makalah kami.
Bekasi, 19 Juni 2015
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak
tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar,
cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui
dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Gejala tingkah laku atau gerak.-gerik itu umumnya lain dari biasanya,
misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang
tertentu sambil menundukkan kepala, memandang jauh ke
depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya, duduk termenung sambil memegang
kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicara, dan
lain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu
ekspresidari kecemasan.Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga
diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan
atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tecapai.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa
berpendapat,bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan
kenyataan (obyektit), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
·
Kecemasan obyektif
Kecemasan
tentang kenyataan adalah suatu pengalaman
perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam
dunia luar. Bahaya adalah sikap kcadaan dalam lingkungan seseorang
yang mengancam untuk meneelakakannya.
Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat
pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan
untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda
tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
·
Kecemasan neorotis (syarat)
Kecemasan ini timbul karena
pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud,
kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
(1) Kecemasan yang timbul
karena penyesuaian diri dcngan lingkungan. Kecemasan
timbul karena orang itu takut akan
bayangannya scndiri, atau takut akan id-nya
sendiri, sehingga menekan dan menguasai
ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari
seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa
seseuatu yang hebat akan terjadi.
(2) Bentuk ketakutan
yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk
khusus dari phobia adalah, bahwa intensitet
ketakutan melebihi proporsi yang sebenamya
dan obyek yang ditakutkannya.
(3) Rasa takut
lain ialah rasa gugup, gagap dan
sebagainya. Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba
tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan
meredakan diri yang bertujuan untuk
membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis
yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego
melarangnya.
·
kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang.Tiap pribadi
memiliki bermacam-macam emosi antara lain: iri,
dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam itu
merupakan sebagian dari pernyataan individu secara
keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat Oleh
karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu
kurang dapat dipahami orang lain.
Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji,
bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir,
takut, cemas, gelisah dan putus asa.
Misalnya seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka
dalam pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan, sementara itu ia
pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih
dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai
kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan
moril.
B. Penyebab Kegelisahan
Apabila di kaji, sebab sebab orang gelisah adalah karena mereka takut kehilangan berbagai macam haknya seperti hak untuk hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan dan lain-lain. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam. Kegelisahan juga dapat muncul akibat pergaulan serta dorongan dari orang orang sekitar. Jadi secara garis besar penyebab kegelisahan ialah lingkungan sekitar.
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang
antara lain:
1. Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya
merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam
mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam
penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah
kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan
sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia
tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih
disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat
kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya,
dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul
dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena
penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut
pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang
melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan.
Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses
pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai
akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat
mencegah seseorang dari
dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was. Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu
diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut
berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya
pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman
merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang
akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan.
Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan
tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat
mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk
mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan
kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh
pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini
akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
C. Usaha - usaha Mengatasi Kegelisahan
Hindari perbuatan salah / dosa
Contoh kasus : jika kita sedang mengendarai
motor, maka patuhilah peraturan berkendara yang telah ditetapkan. Jadi, jika
ada operasi tidak akan membuat kita gelisah karena misalnya tidak punya SIM,
tidak pakai helm standar dll. Begitu pula dalam kehidupan beragama, jalankanlah
ajaran agama dengan benar agar tidak menimbulkan rasa berdosa di kemudian hari
kelak.
Berperilaku jujur
Misalnya, jujur kepada orang lain mengenai
siapa diri kita sebenarnya. Tak perlu sok-sokan bergaya ini-itu jika nyatanya
tidak benar / bohong belaka. Ingatlah kalau membuat satu kebohongan dapat
menciptakan banyak kebohongan lainnya kemudian.
Percaya diri
Contoh kasus : mungkin kita gelisah atau
merasa minder saat bergaul dengan orang-orang yang kita rasa mereka lebih
pintar dari kita. Percayalah, bahwa Tuhan menganugerahkan kemampuan yang
berbeda-beda pada makhluknya. Jika mereka lebih pintar daripada kita pada satu
bidang, belum tentu kita tak akan lebih pintar daripada mereka di bidang yang
lain.
Mendengarkan musik
Mungkin akan bisa sedikit meredakan perasaan
gelisah kita jika memang perasaan gelisah tersebut sudah memuncak, cobalah
putar musik yang sekiranya bisa mengalihkanmu.
Evaluasi diri
Mungkin perasaan gelisah yang sedang kita
alami adalah merupakan akibat suatu kesalahan yang pernah kita lakukan. Coba
telusuri, dan cobalah untuk memperbaikinya. Jadikan yang sudah berlalu sebagai
pengalaman hidup. Mulailah hari-hari baru dan jangan pernah melakukan kesalahan
yang sama.
Jangan segan untuk meminta maaf
Jika pernah berbuat salah kepada seseorang,
jangan segan untuk meminta maaf. Begitu sebaliknya, jangan pernah ragu untuk
menerima permintaan maaf dari seseorang yang pernah berbuat salah terhadap
kita.
2. A. Harapan
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan
akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah
kebaikan di waktu yang akan datang. Pada
umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan
terkadang,
dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud, Namun ada kalanya harapan tertumpu
pada seseorang atau sesuatu. Pada
praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara
berdoa atau
berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan
"berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi proses sistematis dalam psikologi untuk
menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu"
adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau
berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut
menjadi nyata sangatlah kecil.
Doa
berasal dari kata da’a yang mempunyai arti memohon sesuatu yang bermanfaat dan
memohon agar tercegah dari sesuatu yang memudharatkan. Menurut Syeikh
Abdurrahman bin Sa’diy terdapat dua macam doa. Adapun perbedaan antara kedua
macam doa tersebut, yaitu:
1. Doa
masalah (permintaan)
Doa
ini bersifat meminta yang mempunyai tujuan untuk meminta agar diberikan manfaat
dan dicegah dari kemudharatan. Doa masalah (permintaan) terbagi menjadi tiga,
yaitu:
a)
Permintaan yang ditujukan kepada Allah SWT
b) Permintaan
yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan
memberikan permintaannya. Misalnya meminta kepada pohon-pohon besar ataupun di
tempat-tempat yang keramat. Hal ini termasuk syirik dan merupakan dosa besar
c) Permintaan
yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa
dilakukan. Misalnya meminta pada orang lain yang masih hidup untuk memindahkan
atau membawakan barangnya. Hal ini hukumnya boleh.
2. Doa
ibadah
Doa
ibadah adalah semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah
baik lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah
seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya mempunyai tujuan untuk
mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
Jadi,
Manusia harus mempunyai harapan dan doa karna manusia membutuhkan pertolongan
kepada Allah SWT untuk menjalani kehidupan nya, tanpa harapan dan doa manusia
tidak mungkin bisa menghadapi apa yang akan terjadi ke depannya nanti.
C.Meningkatkan Harapan dan
Doa
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan Harapan dan Doa.
Usaha itu bergantung kepada pribadi, kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha
itu diantaranya:
·
Meningkatkan ibadah dan berserah diri kepada Allah SWT
·
Percaya pada diri sendiri
·
:Meningkatkan
ketaqwaan dengan cara meningkatkan ibadah
·
Meningkatkan
pengabdian kepada masyarakat.
·
Meningkatkan
kecintaan kepada sesama manusia dengan cara saling menolong.
·
Mengurangi
nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
·
Menekan
perasaan negatif seperti iri, dengki dan sebagainya.
3. Kasus dalam kehidupan sehari - hari dari masalah Nomor 1 dan 2
1. Contoh kasus
kegelisahan dari pernyataan nomor 1:
- Ketika saya berada di halte sedang menunggu teman saya menjemput saya, disana banyak sekali orang yang mondar mandir dan mencurigakan yang membuat saya menjadi gelisah dan tidak nyaman
- Pada saat teman
teman saya iseng ketika sesuatu/barang punya saya yang saya kira hilang ternyata
di sembunyikan oleh teman teman saya sehingga saya menjadi gelisah dan bingung
harus mencari nya kemana lagi, padahal barang tersebut sudah jelas jelas saya
letakkan di tempat saya biasa menaruh nya.
- Ketika menunggu hasil
nilai perkuliahan atau IPK dimana rasa gelisah dan cemas yang menghantui saat
pengumuman sudah mau keluar.
2. Contoh Harapan dan Doa:
- Adit berharap suatu saat nanti, adit dapat mempunyai suatu perusahaan dan dapat menciptakan suatu penemuan yang luar biasa.
- Saya Berharap dan
Berdoa saya akan sukses di usia muda, dengan usaha saya sendiri yang tidak ada
campur tangan orang lain, sehingga saya dapat menikmati hasil jerih payah saya
sendiri.
Referensi: