MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
NAMA : ADITYA
RAMADHAN
NPM
: 10414321
KELAS : 1IB06
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ilmu budaya dasar tentang keindahan, penderitaan dan siksaan
ini, semoga makalah yang sederhana ini bisa Berguna bagi para pembaca sekalian meskipun banyak
kekurangan yang terdapat di dalam nya karna pengalaman yang kurang dari kami.
Saya berharap jika ada kritik atau saran tolong di sampaikan agar semua pembaca
dapat menyerap materi makalah kami.
Bekasi, 27 April 2015
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang,
hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian
dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan
yang ideal” adalah sebuah entitas
yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu
budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman "keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa
entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan
daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif,
sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada
mata yang melihatnya."
Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos,
dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos.
Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari
kata ὥρα, hora, yang berarti "jam."
Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di
jam (waktu) yang sepatutnya."
Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu
yang menyenangkan bila mana dilihat (Id qout visum placet).
Khalil Gibran mengungkapkan bahwa Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima.
Menurut Baumgarten adalah Keindahan adalah keselur uhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
Khalil Gibran mengungkapkan bahwa Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima.
Menurut Baumgarten adalah Keindahan adalah keselur uhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “ Garis Besar Estetik” (Filsafat
Keindahan), dalam bahasa Inggris Keindahan diterjemahkan dengan kata
“Beautiful”, bahasa Perancis “Beau” , Italia dan Spanyol “Bello” , kata-kata
itu ber asal dar i bahasa Latin “Bellum” , akar katanya adalah “Bonum” yang
berarti Kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi “Bonellum” dan
terakhir dipendekkan menjadi “bellum”.
Dapat membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak adalah keindahan yang tak dapat terlihat secara fisik dan bersifat tidak beraturan, tetapi nilai dari keindahan itu dapat dirasakan,seperti contoh keindahan ketika merasakan angin yang berhembus. Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah kebalikan dari Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak, dimana keindahan itu dapat dirasakan, dilihat maupun dapat dikenang selama kita mengingatnya.
Dapat membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak adalah keindahan yang tak dapat terlihat secara fisik dan bersifat tidak beraturan, tetapi nilai dari keindahan itu dapat dirasakan,seperti contoh keindahan ketika merasakan angin yang berhembus. Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah kebalikan dari Keindahan dalam suatu kualitas yang abstrak, dimana keindahan itu dapat dirasakan, dilihat maupun dapat dikenang selama kita mengingatnya.
Keindahan dalam arti luas, menurutThe Liang Gie, mengandung gagasan
tentang kebaikan. dari pemikiran Plato, yang menyangkut adanya watak yang indah
dan hukum yang indah: Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang
baik dan juga menyenangkan. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian
keindahan dalam arti estetik disebutnya “ Syimmetria”, untuk keindahan
berdasarkan pengelihatan. jadi pengertian yang seluas-luasnya meliputi:
Keindahan Seni, Keindahan Alam, Keindahan Moral, Keindahan Intelektual.
Pengertian ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat
atau sarana untuk sesuatu hal lainnya , yakni nilai yang bersifat sebagai alat
atau membantu.
Contoh : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari
bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
Pengertian intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan,
atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik.
Nilai keindahan instrinsik adalah
nilai bentuk seni yang dapat diindera dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai
bentuk ini kadang juga disebut nilai struktur yaitu bagaimana cara menyusun
nilai-nilai ekstrinsiknya atau bahannya berupa rangkaian peristiwa. Semuanya
disusun begitu rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai
nilai instrinsik. Cara menyusun bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan
peristiwa yang sama oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan
urutan atau struktur yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda.
Demikian banyaknya hasil seni
budaya dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan intrinsik
melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka atau seniman
menciptakan keindahan melalui hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya
mengapa ia menciptakan berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan
nelayan, petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia
ingin mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena
kelak apabila teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu akan lain
bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keindahan
itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan yang menggemari keindahan itu
bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di masyarakat, nelayan, buruh pabrik
dan petani yang setiap hari berjuang demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta dara artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan
lahir maupun batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseoranga belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Berbagai kasus penderitaan
terdapat dalam kehidupan.
Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan.
Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah lakupercaya bahwa suatu phobia adalah problem nya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan.
Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah lakupercaya bahwa suatu phobia adalah problem nya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
Bab IV.
Renungan
Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam
memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah
hasil merenung. Perenungan
lebih cenderung berarti intropeksi diri yang dalam jiwanya akan menimbulkan
sebuah petualangan spiritual yang kemudian berdampak pada kepekaan mata
hatinya. Dalam menjelajahi dan mengarungi samudra luas kehidupan ini tentu
sangat diperlukan sebuah peran dari mata hati karena dengannya akan selalu
menghadirkan pemikiran-pemikira yang amat posotive, pemikiran positive atau
positive thinking ini sangat mutlak dimiliki sebab jika jiwa seseorang sudah
tidak memiliki positive thinking ini pastilah akan menjadikan hidupnya hambar,
bahkan bosan dan tidak menarik lagi dan tentunya akan sangat berpengaruh dalam
kondisi kejiwaannya. Dalam ajaran berbagai agama pun ada semacam tekanan kepada
umatnya supaya mereka mampu merenungi diri, alam dan berbagai tanda kejadian di
sekitar, sebab pada suatu ketika manusia itu memerlukan sebuah flash back,
reflektive ataupun proyektive dalam keadaannya untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapinnya, lebih-lebih bahwa sebenarnya kita dihadapkan
pada sebuah teka-teki yang teramat besar, sebuah sandiwara dalam panggung yang
megah bernama dunia dan hidup yang tidak pernah pasti, disinilah titik
kulminatif dari pada sebuah perenungan teramat besar perannya.
1.Definisi Phobia
Kata “phobia” sendiri
berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik
(panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman
Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap
sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak
nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat
aktivitasnya.
Konsep takut dan
cemas betautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons
terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten
terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan
ancamannya.
Phobia didefinisikan
oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa
takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau
situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar.
Beberapa pengertian phobia
menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) : adalah ketakutan yang tidak
terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau kejadian tanpa diketahui
sebabnya. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan,
Ella dan Farah 2011)
Defenisi phobia
menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang kuat, terus menerus dan
irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus, seperti
auatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu. Sementara kartini
kartono (1989:112) mendefinisikan phobia sebagai ketakutan atau kecemasan yang
abnormal, tidak rasional tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi terhadap
objek tertentu. Semua phobia adalah ketajutan yang tak beralasan, yang
bertalian dengan perasaan bersalah atau pun malu, ditekan. Kemudian berubah
takut pada suatu yang lain, dengan begitu terpendamlah konflik atau frustasi
yang dialaminya. Jadi phobia adalah
rasa takut yang berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang membuat hidup
seseorang yang menderitanya terhambat.
Beberapa pendapat
ahli yang mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan fobia
sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan
dan tugas yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut
yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal,
tetapi tidak dapat mengatasinya. Errera (1962)
adalah rasa takut yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat
yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut.
James Drever(1986:346)
: Kengerian atau ketakutan yang tidak terkendali yang pada umumnya disebabkan
sifat abnormal terhadap situasi dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32)
: Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut
sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari
rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada
berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
2. Jenis Phobia
Hal yang aneh tentang
fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam
hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk
hal-hal yang amat biasa, seperti naik elevator atau naik mobil di jalan raya.
Dengan contoh ini, dapat diketahui bahwa fobia dapat mengganggu bila berkaitan
dengan pekerjaan sehari-hari seperti naik kendaraan, berbelanja, atau pergi
keluar rumah. Berikut ini adalah tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu
fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia.
a) Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah
ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik,
seperti:
• Acrophobia: takut
terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi
penderita fobia ini.
• Claustrophobia:
takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini
sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
• Fobia binatang:
takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau binatang-binatang
menjijikkan.Anda bisa saja mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut.
Namun, bila ketakutan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan
distres emosional yang signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya
membayangkan hewan itu), maka barulah Anda mengalami fobia.
•Fobia benda-benda
tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti, tetapi
jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
b) Fobia Sosial
Fobia sosial adalah
ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai sehingga mereka
mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distres
yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami ketakutan terhadap
situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-pertemuan sosial,
bahkan presentasi untuk ujian. Fobia
sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari
orang lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin
mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti
setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk fobia jenis ini adalah:
•Demam panggung yang
berlebihan
•Kecemasan berbicara
di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
•Kecemasan meminta
sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan atau teman
menertawai makanan yang mereka pesan.
•Ketakutan bertemu
dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam hal
sosial.
Fobia jenis ini
menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti kualitas untuk
mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau bertahan dalam pekerjaan
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara langsung.Sekali fobia
sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia secara
harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk ketakutan
berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia sosial, agorafobia
tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di tempat yang sepi).
Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi
yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika ada suatu
problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan agorafobia
takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak, bersempit-sempitan
di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit meminta pertolongan.
3. Teori Phobia
Beberapa teori yang
memberikan kontribusi tentang adanya phobia
1) Teori
Psikoanalisis
Freud adalah orang
pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan perilaku fobia.
Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan
oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang
ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi
simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari konfrontasi dengan
masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2) Teori Behaviorial
Teori ini berfokus
pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu pembelajarannya
adalahAvoidence Conditioning : penjelasan utama behavioral tentang fobia adalah
reaksi semacam itu merupakan respons avoidence yang dipelajari. Formulasi
avoidence conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang diajukan oleh
Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa fobia berkembang dari dua rangkaian
pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a. Melalui classikal conditioning
seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu stimulus netral (CS) jika
stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinsik menyakitkan
atau menakutkan (UCS).
b. Seseorang dapat
belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn melarikan diri
atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant
conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi mengurang ketakutan yang
menguatkan.
3) Teori Kognitif
Teori ini berfokus
pada bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan
pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan dikaitkan dengan
kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi
informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam, dan mempercayai
bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa
mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori kognitif
mengenai fobia juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan ini rasa
takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya tampak
irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi karena rasa
takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal kehidupan
dan tidak disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari sehingga
tidak diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut tersebut
(Amir. Foa, & Coles, 1998).
4. Gejala
Bila seseorang yang
menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya
takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan
berkeringat
e) Merasa sakit
f) Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i) Merasa perlu pergi ke toilet
j) Merasa lemas dan
akhirnya pingsan
5. Penyebab
Phobia dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai
perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah
sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana
menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami
trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal
dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti
tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah
evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh
faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya
pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan
beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya.
Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk
takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia
yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita
akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang
spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya
thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini
kartono phobia dapat disebabkan oleh:
a) Pernah mengalami
ketakutan yang hebat
b) Pengalaman asli
ini dibarengi rasa malu dan rasa
bersalah kemudian semua ditekan untuk melupakan kejadian-kejadian
tersebut.
c) Jika mengalami
stimulus yang sama akan timbul respon yang bersyarat kembali, sungguhpun
peristiwa pengalaman yang asli sudah dilupakan. Respon-respon ketakutan hebat
selalu timbul kembali sungguhpun ada usaha-usaha untuk menekan dan melenyepkan
respon tersebut.
Secara spesifik, rasa
takut dapat disebabkan antara lain:
a. pengaruh
filogenetik
b. pengaruh keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh budaya
dan daerah
e. pengaruh faal
(fungsi) tubuh
f. faktor biokimia
g. trauma dan tekanan
h. teladan orang lain
i. dll
Bab VI. Bagaimana Jika Seseorang Mengalami
Penderitaan.
Menurut saya, Penderitaan ada manfaat
positif maupun negatifnya, positif nya ia akan mendekatkan kita kepada Allah
SWT dan Penderitaan adalah kesempatan yang baik untuk berdoa, sedangkan
negatifnya orang tersebut akan tertekan akan pernderitaan yang di alami nya. Berpikir positif dan bertindak positif adalah
hal yang paling ampuh untuk mengatasi penderitaan hidup bahwa hidup ini bukan
sebuah penderitaan melainkan perjuangan untuk membebaskan diri dari suatu
penderitaan. Biasanya orang yang bersikap positif kreatif dan tidak mudah
menyerah ialah orang orang yang bebas dari penderitaan. Alangkah baik nya kita
tidak usah memikirkan hal hal yang bisa membuat kita menjadi banyak pikiran dan
sebagainya karna dengan hal itu kita akan terus terpikir penderitaan yang kita
alami. Inti nya jika seseorang mengalami penderitaan orang tersebut sebaiknya
tidak memikirkan yang negatif dari hal tersebut melainkan terus berpikir
positif, optimis dan pantang menyerah. SEMANGAT!!!
Referensi: